Kamis, 26 Februari 2015

Mukul pake Bunga

 Baru baca pesan pendek seorang teman lelaki melalui WA Grup,
"Sayang yg nyetir cewek sih. Kalo cowok, udah gue lempar helm"
Entah ini penghargaan untuk perempuan atau penghinaan karena kami ini dianggap cemen. Tapi itu hal lain. Ada yang lebih asoy buat dibahas.

Dari kalimat di atas, sebetulnya yang kasian ya para lelaki. Ga ada ampun deh, buat mereka. Kalo kelakuannya menyulut emosi, akan sangat dimaklumi untuk dipukuli.

Kenapa gitu coba? Soalnya dari kecil udah diajarin,  jadi cowok ga boleh cengeng, harus kuat, dan berani.
Adu fisik itu boleh banget untuk membela diri.
Kalo diem aja saat ditantang berantem, nanti bisa keliatan lemah, dan langsung dibilang "Dasar banci lo!"
Duileeeee... yakin paham arti kata banci?

Tapi, inget ya, hal itu hanya berlaku jika lawannya laki-laki juga.
Kalau ributnya sama perempuan, duh, selesai hidup lo, baaaang.

Coba bandingin deh, gimana reaksi orang pada saat lelaki memperlakukan perempuan dengan kasar. Pasti langsung dihujat oleh orang banyak.
Dan ada aja yang komennya begini,
"Situ laki apa bukan sih, beraninya sama perempuan"
(Kalimat yang sungguh ngga banget. Kenapa jadi nanya jenis kelamin? Kurang laki apa coba kalo udah pasti punya penis? Dan satu lagi, kalimat ini sangat meremehkan perempuan)

Tetapi kalau lelaki yang diperlakukan seenaknya oleh perempuan?
Ada yang belain? Dikit kayaknya, sih.
Mungkin malah jadi becandaan orang-orang.

Di sinilah kadang saya merasa harus "puk puk" kaum lelaki.
Mereka pasti juga lelah harus selalu keliatan 'laki banget', yang secara merata diamini definisinya oleh orang-orang, sebagai mahluk yang sangar dan kuat (dari pada perempuan) sepanjang waktu.
Betapa sebetulnya patriarki itu juga tidak melulu menguntungkan buat laki-laki.

Karena sesungguhnya semua orang, lelaki atau perempuan, berhak untuk tidak kuat, tidak sangar, tidak bisa berantem.  
Dan juga berhak untuk tidak "dipukul" walaupun mukulnya juga pake bunga.

#equalrights #feminism