Senin, 11 Juli 2011

read, play and sleep


Dulu saya selalu memimpikan hal ini.
Saat di mana saya bisa mengatur kapan saya mau kerja, kapan saya mau tidur lagi, kapan saya mau main dan terutama kapan saya mau membaca.

Kenyataannya, saat itu datang, saya malah kebanyakan tidur, baca dan main. Teman-teman saya bilang, saya norak.  
Biarin deh.

Heran juga, saya yang pembosan ini bisa bertahan dengan rutinitas bekerja selama 12 tahun.  Mungkin, karena pekerjaan saya ngga monoton, atau mungkin karena teman-teman kerjanya selalu menyenangkan.
Tapi yang jelas, saat ini saya baru menyadari, kalau ke-norak-an saya pasti berasal dari keinginan yang terpendam.  Berarti selama ini saya seperti kekurangan waktu buat main, buat baca, terutama buat tidur. Padahal, kegiatan tersebut merupakan hobi, yang dulu cuma bisa tersalurkan pada saat libur akhir pekan yang hanya 2 hari itu.

Libur akhir pekan, buat saya hanya pada hari Jumat malam sampai dengan Minggu siang. Jadi ya, ngga sampai 2 hari. Karena begitu mentari di hari Minggu mulai capai bersinar, saya mulai tegang lagi untuk menghadapi hari esok yang harus saya lewati dengan rutinitas kerja.

Bukannya saya ngga cinta sama pekerjaan. Saya cinta banget. Apalagi dengan pekerjaan saya yang terakhir.  Hanya saja, seperti pada hubungan mahluk hidup yang saling mencintai, kadang perlu istirahat untuk menyenangkan diri sendiri dan untuk berlaku egois. Teman-teman saya bilang, “even we’re already married, we still have to masturbate”. Karena saat itulah kita menjadi diri sendiri, kita memilih untuk menyenangkan diri sendiri dengan cara yang kita pilih sendiri, tanpa harus memikirkan partner kita suka atau tidak. Terlepas dari pendapat bahwa, kata teman-teman saya yang lain, hal itu hanya merupakan pembenaran bagi orang-orang yang punya hobi bermasturbasi, saya sih tetap bisa menerima pendapat tersebut.

Saya memang ngga bisa bermasturbasi. Oleh karena itu kepuasan buat diri saya sendiri, dengan cara yang saya pilih sendiri itu, ya dengan membaca, jalan-jalan ke tempat yang saya belom pernah kunjungi (karena ngga ada yang mau menemani), dan tidur sepuasnya.
Dan ternyata, saya pun juga mengalami puncak kebosanan. Teman-teman saya bilang kalo saya sok. Bagaimana mungkin bersenang-senang semaunya bisa bikin saya bosan.
Biarin deh.

Kenyataannya memang begitu. Karena, berbuat sesuatu untuk kepentingan diri sendiri  secara terus menerus itu, membosankan. Memangnya kenapa, kalau sudah berhasil menyelesaikan bacaan berat?  Memangnya kenapa, kalau sudah berhasil mengunjungi tempat-tempat yang belom pernah? Memangnya kenapa kalau sudah berhasil tidur siang selama 6 jam ditambah 7 jam tidur malam?

Saya pikir, ternyata lebih menyenangkan menggenggam tangan seorang rekan kerja yang sedang merasa diabaikan , lebih menyenangkan memeluk teman yang sedang bersedih, lebih menyenangkan menyediakan telinga bagi anak buah yang sedang berkeluh kesah.
 Dengan kegiatan yang Cuma beberapa menit itu, ternyata tidak timbul pertanyaan “Memangnya kenapa kalau sudah?” sebab, saya bisa menjawab dengan lantang, karena dengan melakukan hal kecil saja buat orang lain yang membutuhkan, saya bisa ikut tertawa hanya dengan melihat bibir mereka melengkung ke atas.

Jadi sekarang, saya sudah berhenti untuk terlalu berfoya-foya menyenangkan diri sendiri.
Saya memilih untuk mengurangi waktu tidur saya dengan membalas blackberry messenger  dan menjawab pertanyaan bertubi-tubi lewat sms yang dikirimkan dari mantan anggota tim kerja, dan sekali-sekali ikut berkomentar dalam status facebook mereka.
Ngga penting, keliatannya. Tapi dengan tidak merendahkan ‘what’s on their mind’ akan membuat mereka lebih dihargai.  Hey, bukankah itu adalah yang ada dalam benak mereka.  Dan maaf saja, kalau apa yang mereka pikirkan tidak secerdas apa yang anda pikirkan, bukan berarti anda boleh berkata, walaupun dalam hati, “nobody cares, darling”.

Well, now I know I could enjoy my day, not only with read, play and sleep. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar